pranoto mongso

Selasa, 16 April 2013

Sosialisasi Penerapan Tanam SRI Tahun 2013 dengan pestisida nabati

“Pengembangan Budidaya Padi System of Rice Intensification (SRI)” a. Dasar Pemikiaran Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran mengembangkan budidaya padi SRI sebagai berikut : 1. Keberadaan perilaku usahatani terutama petani pengelola agroekosistem padi yang keseharianya berhubungan langsung dengan lahan sawah. 2. Sebagai proses pembelajaran yang mengarahkan pada pengaruh air yang berlebihan / mengggenang sawah terus menerus terhadap beberapa unsur ekosistem ( sifat tanah, aliran energi dan siklus nutrisi) 3. Sebagai bahan evaluasi hubungan timbal balik antara manusia dengan alam khususnya komponen tanah yang telah banyak memberikan segalanya untuk kehidupan manusia, tapi sebaliknya apa yang yang telah manusia (petani) berikan untuk memperhatikan tanah baik kelestarian , kualitas pengelolaan yang lebih baik terhadap komponen unsur ekosistem tersebut. 4. Sebagai bahan kajian tentang pengaruh hasil pengelolaan tanah terhadap akar tanaman padi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tunas, malai, bulir dan kebernasannya. b. Pengaruh Penggenangan Air Pada Lahan Ekosistem Padi Sawah Tanah mempunyai fungsi dan peranan dalam mendukung tumbuhnya tanaman. Komponen dalam tanah seperti Mikro Organisme (MO), cacing, serangga atau binatang lain seperti plankton, chiro berfungsi sebagai pekerja menggemburkan dan menyuburkan tanah dengan membaiknya struktur tanah, sekaligus membuat tanah mampu menahan air dan menjadikan bahan-bahan mentah (BO) menjadi nutrisi yang siap diserap tanaman khususnya padi. Namun bila terjadi penggenangan pada lahan sawah tersebut apa yang akan terjadi dengan kehidupan mikro organisme/biota didalam tanah ...? serta bagaimana dengan fungsi dan peranannya....? dan Apa yang akan terjadi pula jika keberadaan mereka hilang punah di bumi ini dan terusir dari habitatnya ? Penggenangan khususnya pada tanaman padi berakibat rusaknya dan hancurnya bahkan matinya jaringan kompleks ( cortek, xylem dam phloem) pada akar tanaman padi yang akan berpengaruh pada aktivitas akar dalam mengambil nutrisi di dalam tanah lebih sedikit dengan bantuan jaringan sederhana sebagai jaringan cadangan yakni jaringan “Aerenchyma” sebagai pengganti fungsi jaringan kompleks, namun berbeda dalam pengambilan jumlah nutrisi yang jauh lebih kecil / sedikit, sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berakibat pada kemampuan kapasitas produksi yang lebih rendah. Sejalan dengan pemikiran dan dampak yang ditimbulkan dari penggenangan air di lahan padi sawah, maka budi daya padi metode SRI sebagai solusi upaya perbaikan budidaya tanaman padi yang memperhatikan semua komponen yang ada di ekosistem ( Tanah, Tanaman, Mikro Organisme dan Udara, Sinar matahari dan air ) sehingga memberikan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanam padi untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi. Dengan demikian siklus nutrisi dan aliran energi akan terjadi secara alami. SRI merupakan sistem produksi pertanian yang holistic dan terpadu, dengan mengoptimalkan dan membangun kembali agroekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan yang berkualitas dan keberkelanjutan, Dengan demikian model pertanian hemat air khususnya pada tanaman padi adalah salah satu pilihan untuk dibangun dan dikembangkan. Penggunaan air yang hemat dalam berbagai hal merupakan salah satu langkah dalam mengantisipasi krisis air yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia khususnya di beberapa daerah di propinsi Jawa Barat. c. Fenomena Bartani Padi Saat Ini Setidaknya ada tiga fenomena perilaku bertani terjadi saat ini yang dapat mengancam keberlanjutan pertanian dan kerapuhan pangan di beberapa negara seperti Indonesia dimana padi merupakan jiwa dan darah bangsanya Fenomena Pertama tingginya tingkat ketergantungan para pelaku usahatani kepada pihak luar mulai dari perencanaan, input produksi sampai ke pemasaran , terutama ketergantungan terhadap input penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi. Sudah klasik terjadi di negara agraris ini ketika musim tanam tiba terjadi kelangkaan dan melambungnya harga pupuk dipasaran membuat petani resah , gelisah dan prustasi karena sebagian besar pelaku usahatani menggantungkan hidupnya pada penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi, sepertinya tanpa pupuk kimia (urea, TSP, KCL) petani tidak bisa bertani untuk makan dan menghidupi keluarganya bahkan dibeberapa daerah terjadi penjarahan terhadap truk pengangkut pupuk. Perilaku seperti ini jika kita biarkan akan merusak sendi-sendi kehidupan dimasyarakat mayoritas petani di pedesaan Fenomena yang Kedua senantiasa menjunjung tinggi nilai efektifitas artinya perilaku usahatani yang efektif untuk mendapatkan produksi yang tinggi adalah dengan memberi asupan input produksi yang tinggi pula hal ini membuat petani selalu merugi karena secara ekonomi tidak lagi menguntungkan Fenomena ketiga yang menjadi target utama para pelaku usahatani adalah meningkatkan produksi untuk mendapatkan keuntungan yang sifatnya sesaat yang penting Indonesia mencapai swasembada walaupun harus membayar mahal ongkos sosial dan lingkungan (dibalik kisah sukses revolusi hijau) tahun 1984 Indonesia mencapai swasembada pangan beras yang hanya sesaat, dampak yang dirasakan saat ini lahan kritis dan marginal di Indonesia meningkat dikarenakan bahan organik banyak yang hilang, dilupakan dan ditinggalkan rusaknya keseimbangan ekosistem akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang terus menerus yang berdampak pula pada pencemaran lingkungan dan kehidupan sosial masyarakatnya sehingga kita mesti bayar mahal dan butuh waktu lama untuk memperbaikinya d. Kondisi pertanian padi saat ini Pertanian adalah bidang paling strategis bagi aebagian Negara di dunia tempat dimana kita tinggal dan hidup, karena keberhasilan di bidang pertanian akan menjamin kelangsungan hidup bangsa di masa sekarang dan di masa depan. Pangan beras merupakan komoditas paling fundamental yang memiliki sensitifitas tinggi dalam kehidupan sosial, ekonomi, lingkungan hidup, budaya, pendidikan, kesehatan dan politik.di negeri tercinta ini, sehingga upaya peningkatan produksi padi senantiasa terus dilakukan, melalui berbagai introduksi inovasi teknologi, namun kenyataannya produksi padi saat ini telah mencapai klimaksnya (levelling off) bahkan dilapangan memperlihatkan kecenderungan hasil produksi menurun. Permasalahan saat ini yang dihadapi banyak petani yang menyebabkan keadaan tersebut diantaranya adalah menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah, hal ini ditunjukan dengan gejala-gejala sebagai berikut; tanah cepat kering, retak-retak bila kurang air karena tanah tidak lagi mampu mengikat air, bila diolah tanah lengket, lapisan olah dangkal, asam dan padat. Dalam kondisi tanah sawah seperti ini produksipun sulit meningkat bahkan cenderung menurun, padahal input pupuk an-organik terus meningkat, sementara kerusakan hasil-hasil yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan terus meningkat, padahal penggunaan pestisidapun terus dilakukan. Sementara para perilaku usahatani padi konvensional belum memberi kesempatan penuh pada tanaman padi untuk dapat berkembang sesuai potensinya. Perilaku usahatani tersebut antara lain belum dilakukannya seleksi/uji benih bermutu/bernas, umur bibit tua lebih dari 20 hari di persemaian, cara tanam dalam dan banyak, jarak tanam sempit menyebabkan terjadinya persaingan nutrisi, pemeliharaan yang kurang benar dapat mengurangi produksi, penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang terus menerus dan berlebihan tanpa memberi asupan bahan organik , kebiasaan petani melakukan pembakaran jerami yang semestinya dikembalikan sebagai makanan tanah serta kebiasaan petani menggenang dan meredam tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal disamping boros air. Sementara ini penanaman padi sawah di beberapa negara seperti Indonesia umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem penggenangan (flooding). Kondisi yang demikian ini menyebabkan keadaan tanah yang anaerobik sehingga memungkinkan terbentuknya CH4. Untuk keberlanjutan usaha pertanian dalam penyediaan pangan yang cukup dan sehat , perlu dibangun kembali semangat pelaku usahatani ke arah pertanian padi yang berwawasan ekologi (eco-farming) yang dapat memberikan solusi holistik dan terintegrasi sehingga produksi pertanian padi dapat terus ditingkatkan, pendapatan dan kesejahteraan pelaku usahatani juga meningkat dengan tidak merusak lingkungan. Prinsip dasar dari produksi padi dengan cara SRI adalah pengolahan tanah sehat dengan menaburkan bahan organik, pemberian air yang hanya cukup untuk melembabkan tanah melalui pemberian air yang terputus (intermitten) dan sawah tidak digenangi dan tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetis. Sehingga kondisi anaerobik yang memungkinkan terbentuknya CH4 tidak terjadi Dimulai dari keprihatinan dan perhatian terhadap masalah pertanian dan lingkungan, maka konsep pertanian ramah lingkungan berkelanjutan System of Rice Intensification (SRI), langkah strategis yang perlu dilakukan dalam mensikapi fenomena dan kondisi pertanian pangan padi saat ini secara holistik adalah : 1. Memahami prinsip-prinsip dasar pertanian ramah lingkungan berbasis padi System of Rice Intensification (SRI) 2. Membentuk kader pelaku dan tenaga pendamping teknis budidaya padi organik Metode SRI yang mampu, profesional cerdas dan terampil 3. Merubah pola pikir (mindset) pelaku usaha pertanian ke arah sikap dan perilaku yang ramah lingkungan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat petani dan kearifan lokal. 4. Memperbaiki kualitas budidaya padi dari cara konvensional ke metode SRI melalui manajemen system perakaran dengan pengelolaan tanah, tanaman dan air secara tepat dan efisien untuk keberlanjutan usaha pertanian 5. Membangun kemandirian di bidang pertanian dengan menjaga tingkat produksi yang diinginkan dengan pengembangan teknologi dan metoda pertanian yang dapat memberikan dampak positif bagi produktivitas pangan dan pemeliharaan lingkungan hidup akan menjadi daya tawar dan daya inovasi bangsa dalam mengurangi ketergantungan produk pangan dan teknologi dari negara lain. Keunggulan budidaya padi metode SRI antara lain : 1. SRI, merupakan cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem perakaran dengan berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air. serta unsur agro-ekosistemnya melalui pemberdayaan petani dan kearifan lokal 2. SRI; menciptakan kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman padi agar tetap menghasilkan produksi tinggi dan berkelanjutan, 3. SRI, merupakan model budidaya padi dengan tetap menjaga kesuburan tanah dan keseimbangan unsur-unsur agroekosistem, sehingga. dapat memberikan solusi holistik menjawab permasalahan dan fenomena berusahatani saat ini e. Prinsip Dasar Penerapan Budidaya Padi Metode SRI 1. Tanah Sehat Pengembalian sisa tanaman dan penambahan bahan organik ke lahan sawah diperlukan untuk menjaga kestabilan tanah baik menjaga sifat– sifat tanah agar tanah tetap sehat dan produktivitas agro ekosistem tetap terpelihara. Penambahan bahan organik antara 5- 7 ton per Ha. Untuk memenuhi kebutuhan bahan organik: dapat dilakukan dengan cara menyicil tiap hari, kalau diperlukan 5 ton bahan organik dibagi 5 bulan( satu musim tanam) berarti tiap satu bulan harus mengumpulkan 1000 kg, satu bulan 4 minggu, 1000 dibagi 4 minggu = 250 kg/minggu. Untuk pengumpulan per hari 250 kg dibagi 7 hari = 35,7 kg./ hari. Sehingga untuk luas 1 Ha sawah diperlukan pengumpulan bahan organik sebanyak 35,7 kg setiap hari, caranya di belakang /dipinggir rumah dibuatkan tempat sampah organik yang harus terpisah dengan sampah plastik , inilah unit bank Organik yang berisi tabungan bahan organik, bisa sampah dari sisa-sisa tanaman, limbah dapur, kotoran hewan, hijauan, kompos, limbah industri berupa organik dan bahan lainnya yang bisa terdekomposisi. Bila tabungan bahan organik penuh di Bank unit, perlu mendirikan Bank organik cabang di sawah, caranya di sudut sawah sisakan 3m x 3m, akan lebih baik jika terlindung dari sinar matahari dan air hujan. Setiap satu minggu sebanyak 250 kg bahan organik bisa disetorkan ke bank cabang yang ada di sawah, hal ini dibuat kompos untuk kualitas bahan organik lebih baik, Sehingga permasalahan kebutuhan bahan organik dapat diatasi dan masalah lain seperti sampah dapat dikurangi dan lingkungan menjadi bersih. Fungsi dan peranan bahan organik selain memperbaiki sifat fisik tanah juga mampu mengikat dan mempertahankan air di dalam tanah, memperlancar aerasi tanah, memudahkan air meresap dari permukaan tanah dan dapat memadukan tanah dengan bahan mineral lainnya. Disamping itu juga ketersediaan bahan organik dapat mendukung kehidupan mikro dan makro organisme tanah, sehingga aliran energi/siklus nutrisi dan kesediaan nutrisi bagi tanaman akan lebih terjamin , sejalan dengan hal tersebut nutrisi bagi tanaman akan tersedia bagi tanaman. Dengan demikian kondisi tanah sehat dapat kita ciptakan. Sebagai gambaran tanah sehat terdiri dari bahan mineral (pasir, debu dan liat) sebesar 45 %, Air dan udara tanah masing-masing 25 %, dan kandungan bahan organik sebesar 5 %, bila tekstur tanah liat 7 % dan bila tanah bertekstur pasir 5 % kandungan bahan organic . Masukan bahan organik pada pengolahan tanah ke kedua dalam kondisi tanah lembab/tidak tergenang selama 7 sampai dengan 10 hari sambil menunggu pesemaian siap ditanam. 2. Seleksi Benih Bermutu/Bernas Agar benih yang akan disemaikan dapat tumbuh baik semua dan bisa menghasilkan produksi yang diharapkan maka sebaiknya benih di uji dulu sebelum ditabur di pesemaian. Salah satu cara menguji benih : menggunakan indicator telur mentah pada larutan garam (Berat Jenis larutan lebih berat dari pada gabah/telur), sehingga pada larutan garam tersebut keadaan telur (telur mentah ayam/bebek) dalam posisi terapung yang semula pada air tawar tenggelam. Kemudian masukan benih pada larutan garam tersebut, ambil benih yang tenggelam dan cuci dengan air tawar, selanjutnya benih siap disemai. 3. Kebutuhan Benih dan Menyemai Benih Benih yang dibutuhkan dengan cara SRI 5 – 7 Kg per Ha, sedangkan benih padi disemaikan pada media tanah gembur, baik tekstur maupun struktur akar perkembangan perakaran lebih kondusif (management perakaran padi dilakukan mulai dari persemaian), ada beberapa cara untuk melakukan persemaian : bila dilakukan di sawah digunakan alas plastik guna menahan akar tidak tembus pada tanah sawah sehingga akan menyulitkan pada saat bibit dipindah tanamkan selain akan merusak bagian perakaran. Media semai terdiri dari campurkan kompos matang dengan tanah kering setebal 4 cm yang butiran tanahnya tidak terlalu besar, komposisi masing-masing 1 : 1, bisa digunakan tanah bawah dari tempat sampah (tidak usah dicampur), bisa dilakukan dengan nampan plastik, besek (pipiti) atau media lain caranya sama, taburkan benih dengan merata tutup dengan jerami dan basahi/ siram hingga tanah lembab(tidak tergenang), benih sebelum disemai bisa direndam selama semalam untuk merangsang kecambah atau bisa langsung ditebar pada media semai., pemeliharaan hanya menjaga air jangan kering, buka jerami tutup setelah benih tumbuh kecambah, sirami pesemaian agar tetap lembab, benih ditanamkan berumur 5 - 7 hari, dihitung tumbuh dari kecambah. 4. Model Tanam SRI Untuk memudahkan pengelolaan air dalam petakan sawah dibuat parit /saluran dibagian sekeliling pinggir sawah, atau bila petakan besar buat parit dibagian tengah untuk mengalirnya air /tempat menggenang air, sedangkan bagian tengah air sudah terikat oleh bahan organik, tanah kondisinya akan lembab, buat caplakan/garitan ukuran jarak tanam, jarak tanam minimal 25 x 25 cm, bisa juga 30 x 30 cm atau 40 x 40 cm, tergantung tingkat kesuburan dan kesehatan tanah. Diharapkan kedalaman tanah lapisan olah berkisar antara 25 hingga 30 cm, agar kondisi perakaran jauh lebih baik dan pergerakannya lebih leluasa dalam pengambilan nutrisi. Jarak tanam lebar dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada tanaman, terutama pada pembentukan anakan, pertumbuhan akar dan mendapatkan sinar matahari yang cukup. Bibit padi ditanam Tunggal / satu tunas, dengan alasan agar tumbuh anakan lebih banyak dan tumbuh kokoh, besar dan yang paling penting menjaga dan memperkuat akar lebih mudah dalam mengambil nutrisi, selain menjaga kondisi tanah terhindar dari asam atau tidak terjadi PH rendah. Bila Tanaman padi di tanam banyak lebih dari lima tunas akan menyebabkan tanah mudah atau merespons tanah menjadi asam, hal ini akan terjadi ketika tanaman mengambil nutrisi dari tanah, ketika bertukar dari akar keluar H plus , dimana akarnya mendominasi sekitar pertanaman sehingga nutrisi yang akan masuk /terhalang H plus, hal ini akan berakibat asam konstan. Bibit padi ditanam berumur 5 - 7 hari, (benih muda) ini diharapkan bisa tumbuh tunas lebih awal dan akan banyak tumbuh tunas primer sebagai tunas produktif, selain itu pembentukannya akan lebih cepat. Cabut benih dari pesemaian langsung tanamkan, dari cabut bibit ke tanam tidak lebih dari 15 menit, hal ini dilakukan untuk menjaga aktivitas proses membangun energi dan penumbuhan nutrisi di dalam tanaman agar tidak terhenti. Bulir dalam benih masih utuh dan tetap dipertahankan. Kondisi akar horizontal sehingga membentuk hurup L, hal ini diharapkan akar tanaman langung tumbuh dan nutrisi pada bulir tetap efektif digunakan untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Ketika bibit ditanam membentuk hurup U atau kail akan berpengaruh pada tanaman tumbuh terhambat, akar busuk atau hancur, karena pada saat akar tumbuh harus membutuhkan energi untuk meluruskan akar yang melengkung tadi untuk lurus kepinggir seperti huru L, dalam kondisi baru tumbuh akar sulit mendapatkan nutrisi tersebut akhirnya terjadi pembusukan dan sebagian hancur akar tersebut. Benih ditanam dangkal antara 0,5 - 1 cm, hingga bagian bulir terbenam, hindari air jangan sampai menggenang, cukup basah/lembab. Sangat beralasan ketika tanaman di tanam dangkal yakni menghindari kematian atau busuk akar , karena kalau ditanam dalam akan terjadi pembusukan akar pada ruas pertama, sehingga akan terjadi pembentukan ruas-ruas/buku-buku sebagai salah satu cara tanaman padi mempertahankan hidupnya dan ini akan berakibat lambatnya pertumbuhan anakan, selain kecil dan menghambat pertumbuhannya. Pembentukan ruas/buku pada tanaman muda yang ditanam akan menentukan jumlah anakan dan produktivitas tanaman. 5. Pemeliharaan Tanaman Pada Fase Vegetatif Pemiliharaan tanaman saat fase fegetatif diarahkan kepada beberapa hal yaitu : - Penyulaman tanaman tanaman dilakukan bila ada gangguan serangan belalang,. Bibit untuk menyulam adalah bibit yang diambil dari bibit cadangan yang secara sengaja ditanam berjejer satu-satu dipinggir petakan. - Penyiangan/ngarambet dilakukan setelah tanaman berumur 7 sampai 10 hari, bisa menggunakan alat garok, tangan atau alat lain yang dapat membantu untuk menghilangkan/membenamkan rumput sekaligus memberi dukungan terhadap kondisi aerasi/ pertukaran dan perputaran uadara agar tetap lancar, hal ini akan memperkuat tumbuhnya perakaran lebih cepat dan sehat sehingga mendukung pertumbuhan tunas awal lebih cepat. Pelaksanaan penyiangan berikutnya dilakukan maksimal setiap 10 hari sekali atau tergantung pada lahan( cepat atau lambatnya tumbuh rumput) sebanyak 4 kali penyiangan, untuk menjaga oksigen sebagai nutrisi yang besarnya kurang lebih 30 % didapatkan oleh tanaman. - Penyemprotan cairan Mikro Organisme Lokal (MOL) diarahkan kepada baik tanaman atau tanah akan lebih baik, hal ini dimaksudkan untuk menambah unsur yang dibutuhkan tanaman pada saat nutrisi pada tanah sangat terbatas, dilakukan pada tanaman setelah berumur 7- 10 hari, berikutnya dilakukan selang 10 hari sekali, hingga 4-6 kali aplikasi. - Kondisi air tetap dalam keadaan basah/ tidak menggenang, kecuali pada saat mau nyiang atau rambet sebelumnya digenangi, hanya untuk memudahkan penyiangan agar tanah berstruktur. 6. Pemeliharaan Tanaman Pada Fase Generatif Tanaman menjelang umur generatif , yaitu pada anakan maksimal (umur 45- 50 hari) kondisi air dikeringkan, sehingga bagian tanah kering atau bahkan sampai kelihatan agak retak selama 10 hari. Hal ini dimaksudkan pertama : untuk menjaga tunas atau anakan tidak terus menerus tumbuh, menghindari tumbuhnya tunas tidak produktif (sekunder/tersier) kedua menjaga tanaman agar tumbuh tidak terlalu tinggi, berakibat akan menghabiskan nutrisi, sehingga menghambat pembentukan malai dan bulir. Ke tiga menjaga dan mempertahankan agar tunas yang tumbuh dan telah kita pelihara mempunyai kemampuan untuk tumbuh malai dan bulir seluruhnnya. Setelah sepuluh hari dikeringkan, tanah diberi air kembali, sehingga tanah dalam kondisi lembab atau basah, hal ini akan kembali nutrisi akan mengalir dihisap akar dari tanah dibantu oleh air masuk kedalam seluruh bagian tanaman. Melalui proses potosintesa dan proses metabolisme maka tanaman akan lebih cepat merespons semua nutrisi . Pemberian MOL akan sangat menentukan pada fase ini.Sehingga disarankan untuk penyemprotan kembali MOL pada tanaman . Kondisi air seminggu sebelum panen, ketika terlihat bulir mulai bernas dan kuning dikeringkan kembali, kemungkinan ini menjaga agar tidak tumbuh tunas tersier sehingga akan mengganggu pemasakan bulir . (mzt14n)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar