pranoto mongso

Senin, 25 Oktober 2010

pendampingan petani tembakau DBCHT 2010, komoditas ternak









LAPORAN PENDAMPINGAN
KEGIATAN
FASILITASI DBHCHT TAHUN 2010
KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

AGRIBISNIS TERNAK SAPI DAN DOMBA



Disusun oleh :
Tim Penyuluh
Pendamping kegiatan DBHCHT
Kecamatan Parakan

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG
2010
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENDAMPINGAN KEGIATAN
FASILITASI DBHCHT TAHUN 2010
KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

AGRIBISNIS TERNAK SAPI DAN DOMBA

Parakan, Oktober 2010
Petugas Pendamping
No Nama/NIP Jabatan Tanda Tangan
1 Mahmud Efendi, A.Md Penyuluh Perikanan 1.



2 Tukul Santoso, S.Pt Penyuluh Pertanian 2.



3 Widyastuti Laraswarni, SP Penyuluh Pertanian 3.



4 Heri Sulistyo THL TBPP 4.




Mengetahui,
Koordinator
BP3K Kecamatan Parakan



MUKH YANI, STP, SPKP
NIP. 19631018 198709 1 002
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunianya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan hasil Pendampingan Kegiatan Fasilitasi DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau) Tahun 2010 , Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung dengan komoditas Agribisnis Ternak sapi dan Domba.
Kegiatan DBHCHT yang merupakan salah satu program pemerintah di bidang pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Kegiatan ini meliputi pendampingan di empat komoditas yaitu : padi , ketela pohon, kopi dan ternak besar (sapid an domba). Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan ini berupa pelatihan bagi petani dan petugas, serta bantuan teknis cara-cara budidaya yang tepat.
Demikian Laporan hasil Pendampingan Kegiatan Fasilitasi DBHCHT Tahun 2010 , Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung dengan komoditas Agribisnis Ternak sapi dan Domba ini kami buat.kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan kedepannya, dan kami juga berharap semoga laporan yang kami sampaikan ini bisa berguna/bermmanffat bagi pembaca sekalian.


Parakan, Oktober 2010


Penyususn











DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.MAKSUD DAN TUJUAN
II.LAPORAN
A.DATA POTENSI
B.ANALISA PELAKSANAAN KEGIATAN
C.EVALUASI KEGIATAN
III. KESIMPULAN
IV. PENUTUP

I.PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Permintaan pasar akan kebutuhan daging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya nilai gizi dan kesehatan.Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak-anak prasekolah dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat normal menjadi subnormal. Oleh karena itu, protein hewani sangat menunjang kecerdasan, di sampig diperlukan untuk daya tahan tubuh.
Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Sapi dan domba sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging
Ternak, khususnya sapi dan domba merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau sekelompok ternak bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang.
Wilayah Kecamatan Parakan mempunyai potensi yang bagus untuk pengembangan ternak sapi mapun domba, oleh karena itu dilaksanakan kegiatan fasilitasi kelembagaan petani tembakau dengan komoditas ternak besar. Berdasarkan Surat keputusan Kepala Badan Pelaksanan Penyuluhan pertanian, Perikanan dan kehutanan nomor : 1884/021/2010 tentang Pembentukan Panitia Pelaksanan teknis Tingkat kecamatan Kegiatan Fasilitasi Kelembagaan petani Tembakau temanggung Tahun 2010, maka kami ditunjuk sebagai petugas pendamping untuk mendukung kelancaran kegiatan fasilitasi kelembagaan petani tembakau dengan komoditas ternak besar (sapid an domba).





B. Maksud dan Tujuan

Adapun kegiatan pendampingan dalam kegiatan Fasilitasi Kelembagaan petani khususnya pengembangan peternakan ini mempunyai tujuan :
1. Untuk mengetahui potensi peternakan di wilayah Kecamatan Parakan
2. Untuk mengetahui analisa keuntungan ternak besar yang dilaksanakan oleh petani
3. Untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi peternakan oleh petani

II. LAPORAN


A. Data Potensi
Wilayah Kecamatan Parakan mempunyai potensi untuk kegiatan pengembangan di bidang peternakan terutama ternak besar seperti sapid an domba. Hal ini ditunjukkan dengan potensi pengembangan peternakan yang cukup besar, data potensi peternakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan table 2 sebagai berikut :
(pada gambar diatas)

B. Analisa/pelaksanaan kegiatan
Dalam mengusahakan ternaknya , para peernak masih secara tradisional untuk itu dalam pendampingan yang kami lakukan kami sampaikan beberapa informasi baru yang meliputi :
1. Pemilihan bibit sapi dan domba yang baik
2. Pembuatan pakan tambahan (selain rumput)
3. Bangunan kandang,yang meliputi konstruksi dan letak bangunan kandang.
4. Pengetahuan tentang penyakit yang menyerang ternak sapi dan domba serta penangulangannya
5. Pemeliharaan dan perawatan sapid an domba (pemeliharaan dan perawatan ternak yang baru lahir, pemeliharaan ternak muda dan dewasa serta pemeliharaan pada induk bunting)
6. Prospek bisnis ternak, baik dari daging, kulitnya maupun dari limbah baik padat maupun cairnya.

Usaha peternakan khususnya ternak besar yang dilakukan diwilayah Kecamatan Parakan umumnya masih bersifat tradisional, maka penyuluh pendamping mempunyai peran yang penting dan sangat strategis. Diharapkan dengan adanya pendampingan yang baik ada perubahan pengembangan usaha budidaya ternak dengan melaksanakan budidaya dengan baik sesuai dengan teknologi yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan guna meningkatkan kesejahteraan petani.
Tabel 3 Analisa keuntungan budidaya ternak sapi
(tabel lihat gambar diatas)
C.Evaluasi
Budidaya ternak besar seperti sapi dan domba yang dilakukan oleh para peternak di Kecamatan Parakan masih tergolong tradisional,baik dalam hal pengadaan bibit, pemberian pakan, kesehatan ternak dan system pemeliharaan belum menggunakan teknologi. Bahkan dalam usaha pemeliharaan tersebut tana dilandasi ilmu pengetahuan. Hal ini karena bagi mereka ternak hanya sebagai usaha sampingan sekedar sebagai tambahan penghasilan.
Dengan adanya pendampingan maka informasi mengenai teknologi baru dapat sampai ke masyarakat dengan baik , untuk kemudian dapat diserap dan diaplikasikan oleh para peternak dalam kegiatan budidaya ternak. Namun tingkat adopsi informasi mengenai teknologi budidaya ternak besar oleh masyarakat masih rendah, antara lain disebabkan karena paradigm masyarakat bahwa ternak besar hanya untuk sampingan dan belum mengacu kepada usaha pokok. Selain itu masyarakat juga belum mengetahui hasil dari teknologi baru tersebut.




III. KESIMPULAN

Dari kegiatan pendampingan fasilitasi DBHCHT Tahun 2010 Kecamatan Parakan yang kami laksanakan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Wilayah Kecamatan Parakan mempunyai potensi untuk pengembangan ternak sapi maupun domba, oleh karena itu dilaksanakan kegiatan fasilitasi kelembagaan petani tembakau dengan komoditas ternak besar.
2. Keuntungan yang dapat diperoleh dari budidaya ternak cukup besar, untuk ternak sapi berkisar Rp. 124.000/ekor/bulan sedangkan untuk ternak domba berkisar Rp. 50.000/ekor per bulan.
3. Tingkat adopsi informasi mengenai teknologi budidaya ternak besar oleh masyarakat masih rendah, antara lain disebabkan karena paradigm masyarakat bahwa ternak besar hanya untuk sampingan belum mengacu ke usaha pokok. Selain itu masyarakat juga belum mengetahui hasil dari teknologi baru tersebut.



IV. PENUTUP

Demikian Laporan Hasil pendampingan kegiatan Fasilitasi DBHCHT Agribisnis ternak sapi dan domba tahun 2010 Kecamatan parakan Kabupaten temanggung ini kami susun untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya sebagai pertanggungjawaban secara tertulis mengenai pendampingan yang kami laksanakan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan selanjutnya.
(mzt14n)

Sabtu, 23 Oktober 2010

pendampingan petani tembakau DBCHT 2010, komoditas kopi




LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENDAMPINGAN KEGIATAN
FASILITASI DBHCHT TAHUN 2010
KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

AGRIBISNIS KOPI

Parakan, Oktober 2010
Petugas Pendamping
No Nama/NIP Jabatan Tanda Tangan
1 MUKH YANI, STP, SPKP Penyuluh Pertanian 1.



2 DINI FILIYANTI, A.Md Penyuluh Kehutanan 2.



3 ERIFA KHADIDA THL TBPP 3.



4 RISTIAN PRIYO UTOMO THL TBPP 4.




Mengetahui,
Koordinator
BP3K Kecamatan Parakan


MUKH YANI, STP, SPKP
NIP. 19631018 198709 1 002



KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunianya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan hasil Pendampingan Kegiatan Fasilitasi DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau) Tahun 2010 , Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung dengan komoditas kopi.

Demikian Laporan hasil Pendampingan Kegiatan Fasilitasi DBHCHT Tahun 2010 , Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung dengan komoditas kopi ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan kedepannya, dan kami juga berharap semoga laporan yang kami sampaikan ini bisa berguna/bermmanffat bagi pembaca sekalian.


Parakan, Oktober 2010


Penyusun



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.MAKSUD DAN TUJUAN
II.LAPORAN
A.DATA POTENSI
B.ANALISA PELAKSANAAN KEGIATAN
C.EVALUASI KEGIATAN
III. KESIMPULAN
IV. PENUTUP


I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan.
Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan khususnya di Kecamatan Parakan yang berusaha mewujudkan harapan bersama tersebut dengan paket panduan teknis dan produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian yang kini menjadi salah satu syarat persaingan di era globalisasi.
Beberapa hal yang menjadi pemikiran para petani kopi di Kecamatan Parakan antara lain petani kopi masih belum menguasai secara mantap pengelolaan kebun kopi. Beberapa faktor penyebab rendahnya kopi rakyat, diantaranya:
1. Hasil pemetikan tidak merata baik kemasan maupun besar butir kopi.
2. Sarana pengolahan belum memadai.
3. Peningkatan mutu belum mendapat imbalan kenaikan harga yang memadai.
Pada umumnya jenis kopi yang di hasilkan Indonesia adalah jenis robusta dan sisanya arabika yang di produksi oleh perkebunan besar. Sekitar 10% dari perdagangan kopi internasional merupakan kopi yang di hasilkan oleh Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan mutu kopi Indonesia khususnya kopi rakyat terdapat beberapa faktor yang mendukung diantaranya :
1. Kopi merupakan sumber devisa dan menyangkut hajat hidup rakyat banyak sehingga kelestarian budidaya perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan.
2. Meskipun sering terjadi fluktuasi harga tetapi harga komoditi ini mempunyai pemasaran yang baik.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat usaha peningkatan mutu kopi antara lain:
1. Pendidikan petani kopi pada umumnya masih rendah.
2. Petani pada umumnya menanam kopi hanya sebagai sambilan.
3. Prasarana dan sarana transfortasi masih belum memadai pada sebagian besar daerah penghasil kopi rakyat, sehingga biaya angkut menjadi tinggi dan sulit mengadakan komunikasi.
4. Kurangnya ketrampilan dan lemahnya modal.
5. Pemilikan tanah yang sempit.
B. Maksud dan Tujuan

Adapun kegiatan pendampingan dalam kegiatan Fasilitasi Kelembagaan petani khususnya pengembangan budidaya kopi ini mempunyai tujuan :
1. Untuk mengetahui potensi kopi di wilayah Kecamatan Parakan.
2. Untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi petani kopi.
3. Untuk mengetahui produktivitas kopi di Kecamatan Parakan.


II. LAPORAN


A. Data Potensi
Wilayah Kecamatan Parakan mempunyai potensi untuk kegiatan pengembangan di sector perkebunan terutama komoditas kopi. Hal ini ditunjukkan dengan potensi komoditas kopi yang cukup besar, data potensi peternakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan table 2 sebagai berikut :

Tabel 1. Data potensi komoditas kopi tahun 2010

No Varietas Luas areal (ha) Produksi Ton (ose)
TBM TM TT/TR Jumlah Jumlah Kg/Ha
1. Kopi Robusta 0,48 2,42 0,25 3,13 1,66 682,85
2. Kopi Arabika 0,79 6,81 - 7,60 6,70 865,21

B. Analisa/pelaksanaan kegiatan
Usaha perkebunan terutama komoditas kopi yang dibudidayakan di Kecamatan Parakan umumnya masih bersifat tradisional, maka penyuluh pendamping mempunyai peran yang sangat besar. Diharapkan dengan adanya pendampingan ini maka akan berpengaruh untuk meningkatkan system budidaya secara intensif, sehingga meningkatkan produksi tersebut.
C. Evaluasi
Dari Analisis pola budidaya kopi khususnya di Kecamatan Parakan maka didapati hal – hal sebagai berikut :
1. Kekuatan (Strengths)
a. Tersedianya berbagai paket teknologi dari mulai pra panen, panen dan pasca panen yang telah dikembangkan ke masyarakat petani pekebun.
b. Tersedianya keragaman produk kopi baik dalam bentuk regular coffee atau specialty coffee.
c. Masih terbukanya Peluang pengembangan Product development dalam bentuk kopi setengah jadi (roasted coffee) maupun kopi jadi (soluble dan instant coffee).
d. Ketersedian lahan dan agroklimat yang sesuai, khususnya pengembangan kopi Arabika.
e. Biaya produksi relatif lebih rendah.
2. Kelemahan (Weaknesses)
a. Rendahnya produktivitas kopi baik kopi Robusta maupun Arabika.
b. Belum proporsionalnya komposisi kopi Arabika dan Robusta. Pertanaman kopi Robusta mendominasi dibandingkan dengan kopi arabika, sedangkan permintaan kopi tinggi.
c. Terbatasnya ketersediaan lahan yang memadai.
d. Rendahnya kualitas/mutu kopi Indonesia.
e. Terbatas atau lemahnya kelembagaan petani dalam posisi rebut pasar (bergaining position).
f. Penerapan teknologi (agronomi, pasca panen dan pengolahan) yang masih amat terbatas
3. Peluang (Opportunities)
Peluang pasar kopi Indonesia khususnya dimasa mendatang masih cukup baik, dengan beberapa indikator sebagai berikut.
a. Distribusi supply dan demand kopi dipasaran. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi dunia mengalami sedikit peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya kecenderungan meningkatnya produksi kopi Robusta di wilayah Asia pasifik. Sedangkan kopi Arabika dirasakan beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan.
b. Perkembangan harga kopi dunia. Menurut ICO, perkembangan harga rata-rata kopi Arabika selalu lebih tinggi dibandingkan harga kopi Robusta, maka diasumsikan iasumsikan bahwa pengembangan agribisnis kopi Arabika memiliki kecenderungan yang lebih prospektif dibandingkan dengan Robusta.
c. Perkembangan konsumsi kopi dunia (terutama negara importir) cukup baik sehingga pasar dan permintaan baru akan terbuka.
4. Ancaman (Treaths)
a. Kecenderungan minum kopi yang semakin menurun karena banyaknya soft drink.
b. Penyimpangan Iklim. Perubahan iklim yang akhir-akhir ini sulit diperkirakan akan berdampak terhadap penyimpangan tipe iklim di suatu wilayah. Sementara tanaman kopi dalam stadia-stadia tertentu sangat rentan terhadap pengaruh kekurangan dan kelebihan air yang akan berakibat pada penurunan produksi.
c. Kelangkaan tenaga kerja. Angkatan kerja di pedesaan kurang berminat bekerja di perkebunan, hal ini dikarenakan tingkat upah yang diterima masih dirasakan relatif rendah.
d. Perkembangan produksi yang besar di negara lain (Vietnam) sangat tinggi menyebabkan persaingan pasar sangat tinggi.
5. Alternatif Strategi
1. Strategi
o Pengembangan area berdasarkan pada kesesuaian lahan dan mempertimbangan daya kompetitif dan komparatif
o Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik domestik maupun internasional serta mempertahankan pasar yang telah ada melalui berbagai upaya promosi baik dalam dan luar negeri termasuik mendukung agrowisata.
o pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi dibidang perkopian, khususnya berupaya kebijakan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.
2. Strategi
o Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam mendukung peningkatan kualitas tanaman dan produk yang dihasilkan.
o Menumbuh kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang berazaskan kebersamaan ekonomi.
o Optomalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha dan ekonomis baik ditingkat petani maupun usaha menengah dan besar.
3. Strategi
o Penajaman wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan.
o Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha perkebunan kopi yang ramah lingkungan (environmental friendly coffee).
4. Strategi
o Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi produk-produk kopi spesial (specialty dan bio coffee) untuk mendapatkan nama dagang (trade mark) atau hak paten dari produk-produk yang bersangkutan.
o Sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu (SNI, ISO,dll) diikuti dengan perbaikan melalui penerapan “reward” dan “punishment” terhadap pembelian produk.
o meningkatkan jaminan keamanan terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau aktivita serupa lainnya.
6. Alternatif Kebijakan
Berangkat dari stategi diatas, maka kebijakan pengembangan kopi kedepan khususnya secara teknis dititikberatkan kepada.
1. Kebijakan Umum
o Membangun perkebunan kopi yang berkelanjutan.
o Mempertangguh daya saing komoditas melalui peningkatan mutu hasil dan efisiensi usaha.
o Peningkatan dan pengembangan SDM yang tangguh dan bermutu serta IPTEK yang tepat sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah.
2. Kebijakan Teknis
o Kebijakan ini akan menentukan arah pengembangan kopi kedepan, dengan mengacu pada “market oriented”, yatu.
 Peningkatan produktivitas (tanaman dan lahan) serta mutu hasil melalui upaya intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan dan diversifikasi pada areal yang telah ada dan diprioritaskan pada wilayah eks-proyek serta kawasan hutan dan DAS.
 Pengembangan komposisi kopi Robusta ke Arabika melalui upaya konversi lahan Robusta dengan ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl, serta penanaman tanaman baru pada lahan-lahan yang berkelayakan teknis.
 Kelestarian dan pengembangan kopi spesial di lahan subur dengan ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl.

III.KESIMPULAN


Adanya pendampingan dalam kegiatan Fasilitasi Kelembagaan petani khususnya pengembangan komoditas kopi dapat disimpulkan bahwa di Kecamatan Parakan berpotensi dikembangkan komoditas kopi terutama varietas Robusta dan Arabika. Produktivitas kopi diharapkan meningkat melalui penerapan teknologi dengan memperhatikan kualitas,kuantitas dan kontinuitas (3K).

IV. PENUTUP

Demikian Laporan Hasil pendampingan kegiatan Fasilitasi DBHCHT Agribisnis kopi tahun 2010 Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung ini kami susun untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya sebagai pertanggungjawaban secara tertulis mengenai pendampingan yang kami laksanakan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan selanjutnya

(dari berbagai sumber:t14n)

Jumat, 22 Oktober 2010

KEGIATAN PENDAMPINGAN KOMODITAS PENDAMPING TEMBAKAU


I. PENDAHULUAN

Ketela pohon merupakan salah satu tanaman pangan yang potensial di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman tahunan karena produksinya yang cukup lama yaitu minimal 10 bulan baru bisa dipanen. Ketela pohon merupakan tanaman serba guna, karena semua bagian dari ketela pohon ini dapat dimanfaatkan. Akar ketela pohon yang berupa umbi dapat diolah menjadi aneka makanan dan dapat pula diambil sari patinya untuk tepung tapioka dan tepung mocaf pengganti gandum. Batang ketela pohon dapat dipergunakan sebagai kayu bakar dan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.



II. LAPORAN

A. DATA POTENSI
Tanaman ketela pohon di wilayah Kecamatan Parakan memang baru diusahakan sebagai tanaman pagar atau tanaman sela. Hal ini dikarenakan jenis tanahnya yang subur dan dapat ditanami dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan seperti padi, cabe, atau jenis sayuran lainnya dengan masa tanam yang lebih singkat dan keuntungan yang lebih besar.
Berikut data potensi komoditas ketela pohon di Kecamatan Parakan pada tahun 2010 mulai bulan Januari sampai September 2010:( pada gambar tabel diatas )

B. ANALISA/PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan DBHCHT pada komoditas ketela pohon diharapkan mampu meningkatkan peran petani dalam mengembangkan program diversifikasi pangan. Di Kecamatan Parakan pada tahun 2009 telah dikembangkan ketela pohon jenis mekar manik seluas 5 ha yang tersebar di tiga desa, yaitu Desa Glapansari, Desa Sunggingsari, dan Desa Traji.
Pemilihan ketela pohon jenis mekar manik karena jenis ini memiliki produktivitas yang tinggi yaitu 90 ton/ha. Tanaman ini diharapkan mampu mencukupi kebutuhan bioetanol dan tepung mocaf sebagai pengganti gandum.

C. EVALUASI
- TINGKAT ADOPSI
Tingkat adopsi petani dalam pengembangan ketela pohon jenis mekar manik masih sedang (kurang lebih baru 50% petani yang mengembangkan ketela pohon jenis ini). Hal ini dikarenakan jenis mekar manik masih sangat baru, dan petani masih kesulitan dalam memperoleh bibit ketela ini.

- FISIK/PRODUKSI
Produksi ketela pohon jenis mekar manik yang telah ditanam petani di tiga desa, belum maksimal. Dari total luasan 5 ha, tanaman yang tumbuh optimal baru 50%, selebihnya mati dan mengalami kekerdilan sehingga kemungkinan poduksi ketela pohon tidak dapat maksimal. Tanaman ketela pohon jenis ini baru ditanam sekitar bulan Februari 2010, dan rencana panen nanti pada bulan Desember 2010.




III. KESIMPULAN

- Ketela pohon merupakan salah satu tanaman pangan yang cukup potensi untuk dikembangkan di Kecamatan Parakan khususnya di daerah-daerah yang potensi pengairannya kurang seperti Desa Glapansari, Desa Sunggingsari, Desa Bagusan dan Desa Traji sebelah utara.
- Kendala yang masih dihadapi dalam pengembangan tanaman ketela pohon adalah masalah pemasaran dan pengolahannya. Harga komoditas ketela pohon masih rendah apabila faktor waktu diperhitungkan, yaitu dalam waktu minimal 10 bulan dengan luasan 1 ha petani hanya mampu memanen ketela pohon seberat 3-4 ton/ha. Dengan asumsi harga ketela pohon Rp 500/kg maka petani hanya menerima uang sebanyak Rp 1.500.000,- dalam waktu 10 bulan.
- Apabila komoditas ketela pohon akan dikembangkan, maka cara penjualan ketela pohon harus lebih dimodifikasi lagi antara lain dengan cara ketela pohon diolah lebih lanjut (dibuat macam makanan olahan).



IV. PENUTUP

Demikian laporan hasil pendampingan kegiatan fasilitasi DBHCHT komoditas ketela pohon tahun 2010 Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung ini kami susun untuk dapat menjadi pemikiran lebih lanjut agar komoditas ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung ketahanan pangan di Kecamatan Parakan khususnya dan Kabupaten Temanggung pada umumnya.

Jumat, 15 Oktober 2010

Modal Wirausaha Pemula Disalurkan





Penyaluran paket perikanan budidaya bagi wirausaha pemula tahun 2010 digulirkan mulai pekan ini. Stimulus bagi wirausaha budidaya pemula itu mencakup bantuan benih, pakan, dan pembuatan kolam.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Syamsuddin mengemukakan hal itu di Jakarta, Selasa (12/10).
Besar fasilitas modal usaha itu bervariasi, mulai dari Rp 6 juta hingga Rp 17,5 juta per paket Komoditas perikanan yang dikembangkan antara lain rumput laut, ikan lele, patin, bandeng, mas, nila, dan polikultur udang.
Tahun 2010, paket budidaya ditujukan bagi 273 kabupaten/ kota pada 33 provinsi. Total anggaran yang digulirkan pemerintah untuk paket perikanan budidaya bagi wirausaha pemula sebesar Rp 184,4 miliar. Total ada 2.410 paket. Paket-paket budidaya itu di antaranya budidaya ikan patin di kolam Rp 7,5 juta per paket, gurami Rp 7,5 juta per paket, serta rumput laut dan nila masing-masing Rp 6 juta per paket.
Selain itu, ada juga keramba jaring apung ikan patin Rp 17,5 juta per paket Paket dapat diberikan kepada perseorangan ataupun kelompok. "Bantuan ini diutamakan bagi sarjana Tetapi, tidak tertutup kemungkinan untuk nonsarjana jika di daerah itu jumlah sarjana yang berminat masih sedikit," ujarnya.
Penyaluran paket budidaya diserahkan sepenuhnya kepada daerah. Oleh karena itu, daerah diharapkan menyiapkan rencana definitif kebutuhan kelompok serta menentukan kelompok pembudidaya, lokasi budidaya, ataupun tender untuk pengadaan sarana produksi.Saat ditanya soal pengawasan, Syamsuddin mengatakan, pihaknya telah membentuk tim terpadu monitoring dan evaluasi kelautan dan perikanan yang melibatkan semua direktorat jenderal di KKP.
Secara terpisah, Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Arif Satria mengemukakan, paket perikanan budidaya bagi sarjana selayaknya diperuntukkan bagi sarjana yang memiliki kemauan dan kemampuan budidaya.Tanpa bekal kemampuan, dikhawatirkan program itu berpotensi gagal," ujar Arif. Program wirausaha budidaya, kata Arif, seharusnya dimanfaatkan oleh perguruan tinggi sebagai peluang mencetak wirausaha baru.
Di sisi lain, diperlukan upaya melibatkan perusahaan swasta untuk akses pemasaran produk perikanan budidaya tersebut agar bisa mendapatkan jaminan pasar. (LKT)



Sumber: Kompas, 13 Oktober 2010 Hal. 17