pranoto mongso

Sabtu, 23 Oktober 2010

pendampingan petani tembakau DBCHT 2010, komoditas kopi




LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENDAMPINGAN KEGIATAN
FASILITASI DBHCHT TAHUN 2010
KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

AGRIBISNIS KOPI

Parakan, Oktober 2010
Petugas Pendamping
No Nama/NIP Jabatan Tanda Tangan
1 MUKH YANI, STP, SPKP Penyuluh Pertanian 1.



2 DINI FILIYANTI, A.Md Penyuluh Kehutanan 2.



3 ERIFA KHADIDA THL TBPP 3.



4 RISTIAN PRIYO UTOMO THL TBPP 4.




Mengetahui,
Koordinator
BP3K Kecamatan Parakan


MUKH YANI, STP, SPKP
NIP. 19631018 198709 1 002



KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunianya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan hasil Pendampingan Kegiatan Fasilitasi DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau) Tahun 2010 , Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung dengan komoditas kopi.

Demikian Laporan hasil Pendampingan Kegiatan Fasilitasi DBHCHT Tahun 2010 , Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung dengan komoditas kopi ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan kedepannya, dan kami juga berharap semoga laporan yang kami sampaikan ini bisa berguna/bermmanffat bagi pembaca sekalian.


Parakan, Oktober 2010


Penyusun



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.MAKSUD DAN TUJUAN
II.LAPORAN
A.DATA POTENSI
B.ANALISA PELAKSANAAN KEGIATAN
C.EVALUASI KEGIATAN
III. KESIMPULAN
IV. PENUTUP


I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan.
Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan khususnya di Kecamatan Parakan yang berusaha mewujudkan harapan bersama tersebut dengan paket panduan teknis dan produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian yang kini menjadi salah satu syarat persaingan di era globalisasi.
Beberapa hal yang menjadi pemikiran para petani kopi di Kecamatan Parakan antara lain petani kopi masih belum menguasai secara mantap pengelolaan kebun kopi. Beberapa faktor penyebab rendahnya kopi rakyat, diantaranya:
1. Hasil pemetikan tidak merata baik kemasan maupun besar butir kopi.
2. Sarana pengolahan belum memadai.
3. Peningkatan mutu belum mendapat imbalan kenaikan harga yang memadai.
Pada umumnya jenis kopi yang di hasilkan Indonesia adalah jenis robusta dan sisanya arabika yang di produksi oleh perkebunan besar. Sekitar 10% dari perdagangan kopi internasional merupakan kopi yang di hasilkan oleh Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan mutu kopi Indonesia khususnya kopi rakyat terdapat beberapa faktor yang mendukung diantaranya :
1. Kopi merupakan sumber devisa dan menyangkut hajat hidup rakyat banyak sehingga kelestarian budidaya perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan.
2. Meskipun sering terjadi fluktuasi harga tetapi harga komoditi ini mempunyai pemasaran yang baik.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat usaha peningkatan mutu kopi antara lain:
1. Pendidikan petani kopi pada umumnya masih rendah.
2. Petani pada umumnya menanam kopi hanya sebagai sambilan.
3. Prasarana dan sarana transfortasi masih belum memadai pada sebagian besar daerah penghasil kopi rakyat, sehingga biaya angkut menjadi tinggi dan sulit mengadakan komunikasi.
4. Kurangnya ketrampilan dan lemahnya modal.
5. Pemilikan tanah yang sempit.
B. Maksud dan Tujuan

Adapun kegiatan pendampingan dalam kegiatan Fasilitasi Kelembagaan petani khususnya pengembangan budidaya kopi ini mempunyai tujuan :
1. Untuk mengetahui potensi kopi di wilayah Kecamatan Parakan.
2. Untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi petani kopi.
3. Untuk mengetahui produktivitas kopi di Kecamatan Parakan.


II. LAPORAN


A. Data Potensi
Wilayah Kecamatan Parakan mempunyai potensi untuk kegiatan pengembangan di sector perkebunan terutama komoditas kopi. Hal ini ditunjukkan dengan potensi komoditas kopi yang cukup besar, data potensi peternakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan table 2 sebagai berikut :

Tabel 1. Data potensi komoditas kopi tahun 2010

No Varietas Luas areal (ha) Produksi Ton (ose)
TBM TM TT/TR Jumlah Jumlah Kg/Ha
1. Kopi Robusta 0,48 2,42 0,25 3,13 1,66 682,85
2. Kopi Arabika 0,79 6,81 - 7,60 6,70 865,21

B. Analisa/pelaksanaan kegiatan
Usaha perkebunan terutama komoditas kopi yang dibudidayakan di Kecamatan Parakan umumnya masih bersifat tradisional, maka penyuluh pendamping mempunyai peran yang sangat besar. Diharapkan dengan adanya pendampingan ini maka akan berpengaruh untuk meningkatkan system budidaya secara intensif, sehingga meningkatkan produksi tersebut.
C. Evaluasi
Dari Analisis pola budidaya kopi khususnya di Kecamatan Parakan maka didapati hal – hal sebagai berikut :
1. Kekuatan (Strengths)
a. Tersedianya berbagai paket teknologi dari mulai pra panen, panen dan pasca panen yang telah dikembangkan ke masyarakat petani pekebun.
b. Tersedianya keragaman produk kopi baik dalam bentuk regular coffee atau specialty coffee.
c. Masih terbukanya Peluang pengembangan Product development dalam bentuk kopi setengah jadi (roasted coffee) maupun kopi jadi (soluble dan instant coffee).
d. Ketersedian lahan dan agroklimat yang sesuai, khususnya pengembangan kopi Arabika.
e. Biaya produksi relatif lebih rendah.
2. Kelemahan (Weaknesses)
a. Rendahnya produktivitas kopi baik kopi Robusta maupun Arabika.
b. Belum proporsionalnya komposisi kopi Arabika dan Robusta. Pertanaman kopi Robusta mendominasi dibandingkan dengan kopi arabika, sedangkan permintaan kopi tinggi.
c. Terbatasnya ketersediaan lahan yang memadai.
d. Rendahnya kualitas/mutu kopi Indonesia.
e. Terbatas atau lemahnya kelembagaan petani dalam posisi rebut pasar (bergaining position).
f. Penerapan teknologi (agronomi, pasca panen dan pengolahan) yang masih amat terbatas
3. Peluang (Opportunities)
Peluang pasar kopi Indonesia khususnya dimasa mendatang masih cukup baik, dengan beberapa indikator sebagai berikut.
a. Distribusi supply dan demand kopi dipasaran. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi dunia mengalami sedikit peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya kecenderungan meningkatnya produksi kopi Robusta di wilayah Asia pasifik. Sedangkan kopi Arabika dirasakan beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan.
b. Perkembangan harga kopi dunia. Menurut ICO, perkembangan harga rata-rata kopi Arabika selalu lebih tinggi dibandingkan harga kopi Robusta, maka diasumsikan iasumsikan bahwa pengembangan agribisnis kopi Arabika memiliki kecenderungan yang lebih prospektif dibandingkan dengan Robusta.
c. Perkembangan konsumsi kopi dunia (terutama negara importir) cukup baik sehingga pasar dan permintaan baru akan terbuka.
4. Ancaman (Treaths)
a. Kecenderungan minum kopi yang semakin menurun karena banyaknya soft drink.
b. Penyimpangan Iklim. Perubahan iklim yang akhir-akhir ini sulit diperkirakan akan berdampak terhadap penyimpangan tipe iklim di suatu wilayah. Sementara tanaman kopi dalam stadia-stadia tertentu sangat rentan terhadap pengaruh kekurangan dan kelebihan air yang akan berakibat pada penurunan produksi.
c. Kelangkaan tenaga kerja. Angkatan kerja di pedesaan kurang berminat bekerja di perkebunan, hal ini dikarenakan tingkat upah yang diterima masih dirasakan relatif rendah.
d. Perkembangan produksi yang besar di negara lain (Vietnam) sangat tinggi menyebabkan persaingan pasar sangat tinggi.
5. Alternatif Strategi
1. Strategi
o Pengembangan area berdasarkan pada kesesuaian lahan dan mempertimbangan daya kompetitif dan komparatif
o Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik domestik maupun internasional serta mempertahankan pasar yang telah ada melalui berbagai upaya promosi baik dalam dan luar negeri termasuik mendukung agrowisata.
o pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi dibidang perkopian, khususnya berupaya kebijakan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.
2. Strategi
o Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam mendukung peningkatan kualitas tanaman dan produk yang dihasilkan.
o Menumbuh kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang berazaskan kebersamaan ekonomi.
o Optomalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha dan ekonomis baik ditingkat petani maupun usaha menengah dan besar.
3. Strategi
o Penajaman wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan.
o Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha perkebunan kopi yang ramah lingkungan (environmental friendly coffee).
4. Strategi
o Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi produk-produk kopi spesial (specialty dan bio coffee) untuk mendapatkan nama dagang (trade mark) atau hak paten dari produk-produk yang bersangkutan.
o Sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu (SNI, ISO,dll) diikuti dengan perbaikan melalui penerapan “reward” dan “punishment” terhadap pembelian produk.
o meningkatkan jaminan keamanan terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau aktivita serupa lainnya.
6. Alternatif Kebijakan
Berangkat dari stategi diatas, maka kebijakan pengembangan kopi kedepan khususnya secara teknis dititikberatkan kepada.
1. Kebijakan Umum
o Membangun perkebunan kopi yang berkelanjutan.
o Mempertangguh daya saing komoditas melalui peningkatan mutu hasil dan efisiensi usaha.
o Peningkatan dan pengembangan SDM yang tangguh dan bermutu serta IPTEK yang tepat sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah.
2. Kebijakan Teknis
o Kebijakan ini akan menentukan arah pengembangan kopi kedepan, dengan mengacu pada “market oriented”, yatu.
 Peningkatan produktivitas (tanaman dan lahan) serta mutu hasil melalui upaya intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan dan diversifikasi pada areal yang telah ada dan diprioritaskan pada wilayah eks-proyek serta kawasan hutan dan DAS.
 Pengembangan komposisi kopi Robusta ke Arabika melalui upaya konversi lahan Robusta dengan ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl, serta penanaman tanaman baru pada lahan-lahan yang berkelayakan teknis.
 Kelestarian dan pengembangan kopi spesial di lahan subur dengan ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl.

III.KESIMPULAN


Adanya pendampingan dalam kegiatan Fasilitasi Kelembagaan petani khususnya pengembangan komoditas kopi dapat disimpulkan bahwa di Kecamatan Parakan berpotensi dikembangkan komoditas kopi terutama varietas Robusta dan Arabika. Produktivitas kopi diharapkan meningkat melalui penerapan teknologi dengan memperhatikan kualitas,kuantitas dan kontinuitas (3K).

IV. PENUTUP

Demikian Laporan Hasil pendampingan kegiatan Fasilitasi DBHCHT Agribisnis kopi tahun 2010 Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung ini kami susun untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya sebagai pertanggungjawaban secara tertulis mengenai pendampingan yang kami laksanakan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan selanjutnya

(dari berbagai sumber:t14n)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar